PRE-EKLAMSI
1.1 PENDAHULUAN
Dalam pelayanan obstetri, selain
Angka Kematian Materal (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat
digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan
menurunkan AKM di negara-negara maju saat ini menganggap AKP merupakan parameter
yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal
ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung
pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang
mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin
cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklamsia (PE) dan
eklamsia (E).
kematian ibu (AKI) dan anak1,6.
Perlu ditekankan bahwa sindroma
preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa
disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan
eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang
teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam
usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain1.
1.2 PENGERTIAN
PRE-EKLAMSI
PRE - E adalah penyakit pada wanita
hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Definisi preeklampsia
adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Eklampsia adalah
timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang
di sini bukan akibat kelainan neurologis2,3,4. PE - E hampir secara ekslusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur
dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang
berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai
pada keadaan-keadaan berikut2:
- Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis
- Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus
- Penyakit ginjal.
1.3 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari
preeklampsi/eklampsi belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut
antara lain:
- Peran Prostasiklin dan Tromboksan5
Pada
PE - E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan
fibrinolisis,
yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan
mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi
trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
- Peran Faktor Imuunologis5
Preeklampsia
sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna
pada kehamilan berikutnya.
Fierlie
F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada
penderita PE - E:
- Beberapa wanita dengan PE - E mempunyai kompleks imun dalam serum.
- Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE - E diikuti dengan proteinuri.
Stirat
(1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem
imun humeral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE - E, tetapi tidak ada bukti
bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE - E.
- Peran Faktor Genetik/familial4,5
Beberapa
bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE - E antara lain:
- Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
- Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi PE - E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE - E.
- Kecenderungan meningkatnya frekuensi PE - E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE - E dan bukan pada ipar mereka.
- Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)
Kriteria
Diagnosa
Preeklamsia Berat (PEB)
Preeklamsia Berat (PEB)
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada
kehamilan > 20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
- Tekanan darah > 160/110. Syarat: (a) Bumil Ibbu hamil) dalam keadaan relaksasi (pengukuran T minimal setelah istirahat 10 menit); dan (b) Bumil tidak dalam keadaan his.
- Proteinuria > 5 gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
- Oliguria, produksi urine <>
- Gangguan visus dan serebral.
- Nyeri epigastrum/hipokondrium kanan.
- Edema paru dan sianosis.
- Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
- Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet count).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
retrospectif pada ibu hamil dengan komplikasi preeklamsi-eklamsi yang dirawat
dan melahirkan di RSU Tarakan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita preeklamsi-eklamsi yang memenuhi syarat penelitian, dirawat, dan
melahirkan antara 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 1998 di RSU Tarakan.
Kriteria inklusi: (a) Ibu hamil
dengan komplikasi preeklampsia dan eklampsia; (b) Melahirkan janin tunggal,
letak kepala, baik hidup maupun mati, dengan proteinuria, umur kehamilan sama
dengan atau lebih tua dari 28 minggu. Sedangkan kriteria ekslusi: (a) Kasus ibu
hamil dengan preeklamsia-eklamsia tidak melahirkan di RSU Tarakan; (b) Kasus
ibu hamil dengan preeklamsia-eklamsia dengan data tidak lengkap sesuai
karakteristik penderita; (c) Ibu dengan penyakit Diabetes mellitus, jantung,
ginjal, hati, anemia, kelainan trombosit (trombositopeni idiopatik purpura),
SLE, infeksi, hipertensi sebelumnya, dan kelainan neurologi; seerta (d) Bayi
yang lahir dengan kelainan kongenital mayor.
Penelitian dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dan catatan medik rawat inap penderita PE - E dengan umur
kehamilan ≥ 28 minggu, yang dirawat dan melahirkan di RSU Tarakan dari 1
Januari 1996 sampai 31 Desember 1998.
Penderita PE - E yang memenuhi syarat
penelitian dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diamati, yaitu usia
ibu hamil, pendidikan, frekuensi memeriksakan kehamilannya, usia kehamilan saat
diagnosis ditegakkan, status kehamilan, tekanan darah sistolik dan diastolik,
cara persalinan, ada tidaknya kematian perinatal, serta komplikasi yang
ditemukan. Data yang didapat kemudian ditabulasikan. Dari data-data tersebut,
dibuat kesimpulan mengenai karakteristik penderita PE - E di RSU Tarakan,
KalTim.
Batasan operasional yang dipergunakan
dalam penelitian ini:
Preeklamsia adalah hipertensi akibat
kehamilan dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi pada kehamiian setelah
umur 20 minggu, bersalin, atau nifas, menyertai preeklamsia dan bukan karena
kelainan neurologik.
Hipertensi adalah bila didapatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan diastolik >15 mmHg dan
atau sistolik > 30 mmHg dalam kehamilan.
Proteinuri adalah adanya protein
dalam urin dengan pemeriksaan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Edema adalah adanya timbunan cairan
bebas secara menyeluruh. Dikatakan piting edema jika terdapat edema pada
tungkai bawah dan dikatakan generalisata jika didapat kenaikan BB ibu melebihi
0,5 kg/minggu, 2 kg/bln, atau 13 kg selama kehamilan.
Umur kehamilan dihitung dalam minggu
lengkap, mulai hari pertama haid terakhir.
Data laboratorium dan tekanan darah
yang dinilai dalam penelitian adalah data pertama pada saat penderita dirawat
di RSU Tarakan sebelum mendapat pengobatan.
Kematian perinatal adalah jumlah
bayi mati ditambah kematian neonatal dini. Bayi lahir mati (BLM) adalah bayi
yang lahir dalam keadaan meninggal yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu
atau lebih, atau BB lahir 1000 gram atau lebih.
Kematian neonatal dini (KND) adalah
kematian bayi yang lahir hidup yang kemudian meninggal dalam 7 hari pertama
setelah persalinan. Karena tidak dilakukan pengamatan lanjut selama 7 hari maka
penelitian terbatas sampai pada bayi pulang dan RS.
.
Pembahasan
Seperti telah diketahui ahwa
preeklampsia-eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu terbanyak di
negara-negara berkembang, di samping perdarahan dan infeksi. Menurut Wibowo. H,
(1993) RSUP Karyadi mendapatkan angka kejadian PE - E sebesar 2,85% sedangkan
Soejoenoes A. (1983) dari 12 Rumah Sakit rujukan di Indonesia mendapatkan angka
5,2%. Dalam penelitian ini, didapatkan angka kejadian sebesar 3,26% dari 3370
persalinan.
Distribusi kejadian
preeklampsi-eklampsi berdasarkan umur, menurut beberapa referensi banyak
ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim, yaitu kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun. Dalam penelitian ini, kejadian terbanyak didapatkan pada
kelompok usia 20--35 tahun (76,27%). Hasil ini sesuai dengan apa yang
didapatkan oleh Hadi S. (1997) di RSHS Bandung dan Siregar MF. (1997) di RS
Pirngadi. Sedangkan Wibowo H. (1993) mendapatkan kejadian preeklampsia-eklampsi
terbanyak pada kelompok umur di atas 35 tahun (58,3%), di mana status
multigravida lebih dominan pada penelitian ini (54,24%). Dalam penelitian ini,
kejadian Dr. Pirngadi Medan mendapatkan AKP sebesar 9,55 permil.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa profil penderita preeklampsia-eklampsia di RSU Tarakan
Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
- Angka kejadian preeklampsia-eklampsia di RSU Tarakan 3,26%.
- Kelompok usia terbanyak penderita adalah antara 20--35 tahun.
- Status pendidikan penderita dari SD s.d. PT 79,7%
- Tingkat kunjungan ANC penderita ≥ 4 kali selama hamil 54,8%.
- Usia kehamilan penderita saat diagnosis ditegakkan 86,44% pada usia 37--42 minggu.
- Status gravida penderita terbanyak adalah multigravida, yaitu 54,24%.
- Tekanan darah penderita terbanyak sistolik > 160 mmHg (66,1%), diastolik ≤ 110 mmHg (57,63%).
- Cara persalinan terbanyak yang dilakukan adalah pervaginam ()
- Komplikasi terbanyak yang didapatkan: BBLR (), IUFD (), asfiksia neonatorum (), perdarahan pasca persalinan (), kematian neonatal dini (), dan gangguan visus, serta kematian ibu dan solutio plasenta masing-masing ().
- Angka kematian perinatal sebesar 2,67.
Daftar Pustaka
- Reeder, Mastroianni, Martin, Fitzpatrik. Maternity Nursing. 13rd edition. Philadelpia : J.B. Lippincott Company, 1976; 23:463-472.
- Pritchard JA.MD, MacDonald PC.MD, Gant NF MD. William Obstetrics. Penerjemah: Hariadi R. Prof. Dr, dkk. Surabaya: Airlangga University Press, 1997 ; 27 : 609-646.
- Wiknjosastro Hanifa, DSOG., Prof. dr., dkk. Ilmu Kebidanan. Ed. Ketiga. Cetakan Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo, 1997; 24 : 281-301.
- Ansar Dikman M., Simanjuntak P., Handaya, Sjahid Sofyan. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Satgas Gestosis POGI, Ujung Pandang, 1985 ; C : 12-20.
- Wibisono Bambang dr. Kematian Perinatal pada Preeklampsia - Eklampsia. FK. Undip Semarang, 1997:6-12.
- Manuaba Gde 1. B., Prof. dr. Penuntun Diskusi Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta, EGC, 1995 : 25-30.
- Briggs G. Gerald B. Pharm, Freeman K. Roger M.D, Yafie J. Sumner M.D, Drugs in Pregnancy and Lactation. 4th Ed. Maryland: Williams & Wilkins, 1994 : 66a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar