“STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN”
STANDAR 20 : PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VAKUM
EKSTRAKTOR
·
Tujuan :
Untuk mempercepat persalinan pada
keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.
·
Pernyataan standar :
Bidan mengenali kapan diperlukan
ekstrasi vakum, melakukanya secara benar dalam memberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamananya bagi ibu dan janin atau bayinya.
·
Prasyarat:
1. Kebijakan yang di tentukan untuk indikasi
penggunaan vakum ekstraktor oleh bidan.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas /
ketuban pecah.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam pertolongan
persalinan dengan menggunakan ekstrasi vakum.
4. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT
termasuk beberapa sarung tangan DTT / steril.
5. Tersedianya alat / perlengkapan yang diperlukan,
seperti sabun, air bersih, handuk bersih.
6. Vakum
ekstraktor dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik, mangkuk dan tabung yang akan masuk kedalam vagina harus
steril.
7. Peralatan resusitasi bayi baru lahir harus
tersedia dan dalam keadaan baik
8. Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan
catatan persalinan / kartu ibu.
9. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang
akan dilakukan (informed consent atau persetujuan tindakan medik)
·
Proses:
Semua pelaksana pelayanan trampil dalam melakukan
prosedur iniBidan harus :
1.
Pastikan bahwa
ekstraksi vakum memang perlu dilakukan, sesuai dengan protokol yang ditentukan (perlu ada indikasi yang jelas untuk pemakaian vakum
ekstraktor penelitian menunjukkan bahwa
risiko ekstraksi vakum lebih kecil dari pada penggunaan forcep bila tepat
penggunaanya.
v Indikasi penggunaan Vakum Ekstraktor
a. Bila
ada gejala / tanda gawat janin dan pembukaan servik lengkap, kepala sudah di dasar panggul
b. Bila
tidak mungkin merujuk dan adanya gejala / tanda persalinan lama, sementara kepala bayi sudah 2/5 di dalam panggul
c. Bila ada gawat ibu (misalnya pre eklampsi berat,
persalinan kala II lama), terpenuhinya persyaratan penggunaan vakum
ekstraktor dan tidak mungkin dirujuk
d. Bila kala II lama dan janin baru meninggal (tidak
mungkin di lakukan bila janin sudah mengalami maserasi)
v Operator haruslah terampil, kompeten dan
terlatih dalam prosedur ini
1) Siapkan
semua peralatan dan hubungkan satu dengan yang lain pastikan bahwa tabung vakum terhubung dengan baik dan katup
pengaman berfungsi dengan baik (sebaiknya mangkok penyedot diletakkan di tangan
operator dan mulai menghisap).
2) Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
3) Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh.
Jika tidak bisa lakukan kateterisasi dengan teknik aseptic (harus sangat
hati-hati memasang kateter karena uretra biasanya mudah terlika pada partus
lama / macet gunakan kateter karet)
4) Baringkan ibu dengan posisi litotomi.
5) Dengan
teknik aseptic lakukan periksa dalam untuk mengukur pembukaan serviks dan menilai ketuban sudah pecah / belum
bila belum pecah harus dipecah. Sebelum mangkok di pasang pastikan servik sudah
membuka penuhdan penurunan bayi tidak lebih dari 2/5.
6) Pilih
mangkok penyedot paling besar yang sesuai dengan ukuran. Tempatkan mangkok dengan hati-hati di atas kepala janin.
Pastikan bahwa mangkok tidak di atas sutura atau fontanel.
7) Periksa
pemasangan mangkok penyedot untuk memastikan bahwa tidak ada bagian servik / dinding vagina yang terjepit
diantara mangkok dan kepala bayi.
8) Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk pengunaan
alat caranya bisa berbeda-beda tergantung jenis vakum (penghisap tangan
listrik, mangkuk logam / plastik). Naikkan tekanan dengan perlahan lalu
pastikan mangkok sudah mantap di kepala bayi sebelum mulai menarik (hal ini dilakukan
dengan menaikkan 200 mmhg dan kemudian dilakukan sedikit tarikan untuk memastikan
bahwa keadaan hampa tercipta).
9) Periksa
kembali apakah dinding vagina dan servik bebas dari mangkok penghisap.
10) Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut
(sesuai dengan instruksi pabrik pembuat alat). Jangan pernah melebihi
tekanan maksimum 600 mmHg.
11) Lakukan
tarikan pelan tapi mantap, jaga tarikan pada sudut 90 derajat dari mangkok penghisap.
12) Bila pada dua
kali tarikan mangkok lepas atau bayi belum lahir setelah 30 menit atau 3 kali tarikan tidak terjadi penurunan
kepala, segera rujuk.
13) Mintalah ibu
untuk meneran bila ada his seperti pada persalinan normal (jaga peganggan tangkai penarik tetap lurus pertahankan
tarikan.)
14) Periksa DJJ diantara kontraksi.
15) Bila his berhenti, bidan harus menghentikan
tarikan.
16) Jelaskan
dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang di lakukan, usahakan agar ia tenang dan bernafas dengan normal
dan membantu dengan meneran bila ada his.
17) Bila kepala
sudah turun di perineum lakukan tarikan kearah horizontal lalu keatas.
18) Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sudah
sangat terengang.
19) Bila
kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstraktor, lalu lanjutkan dengan pertolongan persalinan seperti
biasa.
20) Segera
setelah bayi lahir, lakukan perawatan segera pada bayi baru lahir, mulai resusitasi bayi jika di perlukan.
·
Hasil:
1. Penurunan kesakitan / kematian ibu / bayi akibat
persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat dan
tepat.
2. Ekstraksi vakum dapat dilakukan dengan aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar